Travelista – Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam tidak pernah melarang umatnya untuk keluar rumah melakukan perjalanan jauh (Safar). Terlebih lagi, semasa muda Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam pernah melakukan safar bersama pamannya untuk berdagang.

Begitu pula dengan Hijrahnya Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam beserta para sahabat saat melakukan safar dari Madina ke Mekkah untuk menyebarluaskan syiar Islam.

Kegiatan safar sudah menjadi bagian yang sering dilakukan umat Muslim untuk menjelajahi tempat, beribadah, berdagang, atau bersilaturahim. Umat Muslim diharapkan untuk bisa menghindari safar dengan melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Berikut 17 adab safar sesuai dengan Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam (Oleh: Nurdin Apud Sarbini, Lc).

1. Shalat Istikharah

Berdasarkan hadits yang dikeluarkan oleh para Imam hadits dari sahabat Jabir bin
Abdullah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengajari para sahabatnya shalat istikharah dalam setiap urusan. Beliau mengajari shalat ini sebagaimana beliau mengajari surat dari al-Qur’an.

Beliau mengatakan: “Kalau salah seorang diantara kalian hendak melakukan suatu perkara, hendaknya ia mengerjakan shalat dua raka’at selain shalat wajib, kemudian membaca do’a:
ٌ ُغ١ِ ُٛبْٔ َد َعََّّلَُ اْ َُُ َٚأْعٍََُُ َََٚل ألِذ ُس َٚذَ ْعٍَْ َمِذ ُس َََٚل أَْه ذَََِّٔه ِِ ْٓ فَ ْعٍِ َه فَئٌَُْصؤَْذ َسذِ َه َٚأمُِمِذ ُس َن تْْصرٍََ ِّ َه َٚأِ ِعِْخ١ُ ش َن تْصرََِِّٟٔ أَُّ إَُّٙ» اٌٍُذ ْسُِٖٞ فَالِْْشَْٚ فِٟ ِد٠ِٕٟ َٚ ََِعا ِشٟ َٚ َعالِثَ ِح أ
َِظٍِ ِٗ لَا َي أِٞ َٚآِْشَِظ ًِ أِ َعْ١َ ِٗ ِٕخْ١ً شا ٌِٟ فِٟ َعاَض ِّّ١ ِٗ تَُّ ذُُِْ َش شْْلََزا اَ٘ َُُد ذَ ْعٍَْْ ُوَُِّْٕ فَئَُّٙاٌٍِظٍِ ِٗ
ِٞ َٚآِْشَِظ ًِ أْٚ لَا َي فِٟ َعاَِٞ أِْشََُّٔٗ َش ٌّش ٌِٟ فِٟ ِد٠ِٕٟ َٚ ََِعا ِشٟ َٚ َعالِثَ ِح أَُُ أَد ذَ ْعٍَْْ ُوَُِّْٕ َٚإَُّْٙن ٌِٟ فِ١ ِٗ اٌٍَُِّ تَاسٌُِٟ َٚ٠ِّ َض ْشُٖ ٌِٟ شِٗ َُِّ َس ِّظِٕٟ تَُخْ١َ ش َؼْ١ُ س َوا َْ شُْذ ْس ٌِٟ اٌ
َٚالِْٕٟ َعُْٕٗفْفَا ْصش « أخشظٗ اٌثخاسٞ ٚ إٌضائٟ ٚاٌرشِزٞ

“Ya Allah, aku memohon pilihan kepada -Mu dengan ilmu -Mu, aku memohon kemampuan kepada -Mu dengan kekuasaan -Mu, dan aku memohon kepada -Mu keutamaan -Mu yang agung. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, sementara aku tidaklah kuasa. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui sementara aku tidak mengetahui. Karena Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib.

Ya Allah, bila Engkau mengetahui bahwa perkara ini (disebutkan apa yang menjadi keinginannya) lebih baik dalam agamaku, hidupku dan akhir urusannku kelak (dalam jangka pendek maupun panjang), maka takdirkanlah hal itu bagiku dan mudahkanlah aku untuk mendapatkannya, kemudian berkatilah aku dalam hal tersebut.

Dan apabila Engkau mengetahui bahwa perkara ini tidak baik, dalam agamaku, hidupku atau akhir urusanku (dalam jangka pendek maupun panjang), maka jauhkanlah perkara tersebut dariku dan hindarkanlah diriku darinya, lalu takdirkanlah yang baik buat diriku bagaimanapun adanya, kemudian buatlah aku ridho dengannya”. HR Bukhari no: 6382, at-Tirmidzi no: 480, an-Nasa’i no: 3253

2. Mengikhlaskan Niat

Seorang muslim dalam melakukan aktifitasnya hendaklah meniatkan hanya untuk Allah Ta‟ala, agar seluruh ucapan dan perbuatan serta usahanya memberikan nafkah kepada keluarga ada dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya. Yang demikian itu akan nembah pundi pahala dan menghapuskan dosa serta mengangkat derajatnya dihadapan Allah.
ٍص َس ِظ َٟ هللاُ َعُْٕٗاِٟ َٚلَّتَِٓ أٌِ َضعِذ ْتَََُّّٝ هللاُ َعٍَ١َ َٚ ِٗ صٍْ١َٙا َؼرَّٝ ِٟ َصٍِظ لَا َي إٌَّث : » ْش َخ َعٍَََُّل أَِٚ ْظَٗ هللاِ إَِٙاِغٟ تذَ ْثرََه ٌَ ْٓ ذُٕفِ َك َٔفَمَحًَِّٔإذِ َهََِ « أخشظٗ اٌثخاسٞ ا ذَ ْع َعٍَُٗ فِٟ فِ ِّٟ ا ِْ َشأ.
Rasulullah Shallahu „alaihi wasallam bersabda kepada Sa‟ad bin Abi Waqosh Radhiyallahu „anhu : “Sesungguhnya tidaklah engkau menginfakkan sesuatu yang engkau niatkan dengan ikhlas karena Allah, kecuali engkau akan mendapatkan pahala walaupun itu berupa makanan yang engkau berikan ke mulut isterimu”. HR. Bukhari no. 2550

3. Berwasiat Kepada Keluarganya Dengan Disaksikan Oleh Dua Orang Saksi Atau Lebih Serta Mengembalikan Hak-Hak Orang Lain Serta Meminta Maaf

Rasulullah shallahu „alaihi wa sallam bersabda:
َ لَا َيََُّّٝ هللاُ َعٍَ١َ َٚ ِٗ صٍِ ِّٟ َصٍَس ِظ َٟ هللاُ َعُْٕٗ َع ِٓ إٌَّثَش٠َ شجَِٟ ُ٘تَْٚ َِ َع “: اٌِ ِٗ ْٓ أَِخ١ِ ْٓ ِِ ِٗ ع ْش ِظ ِٗ أَِِٓ أَّحٌَذُٖ َِ ْظٍََِ ْٓ َوأَ ْد ِعِْٕخَزُُى ْٓ ٌَُٗ أَ٠ ٌَُ َِّْْرِ ِٗ َٚإِ َِ ْظٍَمَ ْذسِِخَز ُِِْٕٗ تُْْ َوا َْ ٌَُٗ َع َّ ًٌ َصاٌِ ٌػ أُِىٛ َْ ِدْ٠َٕا ٌس َََٚ ِد ْسٌَُ٘ إْْ ٠ؤخز ؼ١ََ ٓل ٠ََ لَ ْث ًَ إُِِْٔٗ اٌ١َْٛ ٍَََُّْٗؽٍ١َرَْفٍَِٗ ١ِْ ِٗ فَ ُع ِعٍَ ْد َعٍَِِ “سٚاٖ أؼّذ ْٓ َص١َ ِّا ِخ َصا ِؼث
Dari Abu Hurairah radhilallahu „anhu, Rasulullah shallahu „alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang melakukan kedhaliman kepada orang lain baik berkaitan dengan kehormatan atau hartanya, maka hendaklah ia segera meminta dibebaskan (maaf) hari ini juga sebelum uang dinar dan dirham tidak lagi berguna.

(pada hari kiamat) jika orang itu memiliki kebaikan, maka kebaikannya akan diambil darinya sebesar kedhaliman yang dilakukannya lalu dibayarkan kepada orang yang telah didhaliminya, namun jika dia tidak memiliki kebaikan maka kejelekan orang yang didhaliminya akan dibebankan kepada dia”. HR. Ahmad No. 10356

4. Berpamitan Pada Keluarga Dan Sanak Saudara

Salah satu teladan yang dilakukan oleh Nabi muhammad Shalallahu „alaihi wa sallam tatkala ingin bepergian, beliau berpamitan pada sanak keluarga, lalu membaca do‟a:
ِعْ١ُ ع َٚ َدائِ ُعُٗ « أخشظٗ اتٓ ِاظحِزٞ ََل ذََّْصرَ ْٛ ِد ُع َه ّهللا اٌَ» أ
“Aku titipkan dirimu kepada Allah yang tidak pernah menyia-nyiakan segala titipan”. HR Ibnu Majah no: 2825. Dinyatakan hasan oleh al-Albani dalam kalimu Thayib hal: 59.

Dan disunahkan bagi orang yang ditinggalkan untuk mendo’akannya:
َُ َع ٍَِّ َه « أخشظٗ اٌرشِزَِٞأَرَ َه َٚ َخ َٛاذِ١ْصرَ ْٛ ِد ُ َّهللاَ ِد٠َ َٕه َٚأَ» أ
“Saya titipkan kepada Allah agamamu, amanahmu, dan penghujung perbuatanmu”. HR atTirmidzi no: 3443. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi no: 2738.

5. Meninggalkan Nafkah Untuk Keluarga Yang Ditinggalkan

Rasulullah shallahu „alaihi wa sallam bersabda:
ٍشٚ لَا َيِٓ َع َّْع : ْٓ َعْث ِذ َّهللاِ ْتََُّْ١َ َٚ ِٗ صٍَّٝ َّهللاُ َعٍََّهللاِ َصٍلَا َي َس ُصٛ ُي ” ٛذَُُٗه لُِ َش َع َّّ ْٓ ٠ٍِّْْْ٠ًَََِّْْْوفَٝ ت ” ِ
Dari Abdullah bin Amru radhiallahu „anhu beliau berkata, Rasulullah sallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Cukuplah seseorang berdosa dengan tidak memberikan nafkah kepada orang yang dalam tanggungannya”. Shahih Muslim: 1668

6. Memilih Bepergian Pada Hari Kamis

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
ِش « أخشظٗ اٌثخاسٌٞ َخ ِّ١ْخ ُش َض ٠ ََْٛ َاَ٠ َِْْؽ ُّة أِش فِٟ َغ ْز َِٚج ذَثُٛ َن َٚ َوا َْ ٠ٌُ َخ ِّ١ْ
َُ َخ َش َض ٠ ََْٛ َاَّْ١َ َٚ ِٗ صٍَّٝ َّهللاُ َعٍَِ َّٟ َصٍَّْ إٌَّثَ» أ
“Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu „alaihi wa sallam keluar menuju perang Tabuk pada hari kamis, dan sudah menjadi kebiasaan beliau untuk bepergian pada hari kamis”. HR Bukhari no: 2950

7. Memilih Waktu Pagi Atau Sore Hari

Imam Ahmad meriwayatkan dari sahabat Shakhar al-Ghamidi radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan: Nabi Muhammad Shalallahu „alaihi wa sallam pernah bersabda:
ِسَ٘ا» َِّرِٟ فِٟ تُ ُىْٛن ِْلَُُِّ تَاسُٙاٌٍ « أخشظٗ أؼّذ َّ
“Ya Allah, berkahilah umatku pada waktu pagi harinya”. HR Ahmad 3/416. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahihul jami’ 1/278 no: 1300.

Anas bin Malik menceritakan: Rasulallah Shalallahu „alaihi wa sallam bersabda:
ًِ « أخشظٗ أتٛ داٚد١اٌٍِْس َض ذُ ْط َٜٛ تَّْ اْلَِاٌُّذٌ َع ِح فَئِْ١ُ ىُْ ت»

“Hendaklah kalian melakukan perjalanan pada waktu duljah (malam hari), karena seakan-akan bumi dilipat pada saat itu (terasa dekat)”. HR Abu Dawud no: 2571. Dinyatakan shahih oleh alAlbani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/488 no: 2241.

8. Memilih Teman Safar dan Mengangkat Ketua Rombongan

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:
Rasulallah Shalallahu „alaihi wa sallam bersabda:
ْ١ْؼَذُٖ « أخشظٗ اٌثخاسٍََِِٞا َصا َس َسا ِو ٌة تُُْعٍَََِا أَٛ ْؼَذِجٌْا ُس َِا فِٟ اُُ إٌَّْٛ ٠ْ َعٌٍََ «
“Kalau sekiranya orang tahu seperti yang aku ketahui, apa yang akan dialami ketika sendirian tentu dirinya tidak akan bepergian pada malam hari sendirian”. HR Bukhari no: 2998.

Dalam riwayat Abu Dawud dijelaskan, Rasulallah Shalallahu „alaihi wa sallam bersabda:
ُْ « أخشظٗ أتٛ داٚدَؼُذٍَُ٘١َ ُؤ ِِّ ُشٚا أٍْش فَفِٟ َصفََرا َخ َش َض شَ ََّلشَحٌِ» إ
“Jika ada tiga orang keluar untuk safar, maka hendaklah mereka mengangkat salah satu diantara mereka sebagai ketua rombongan”. HR Abu Dawud no: 2608. Dinilai hasan shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan abi dawud 2/494 no: 2272.

9. Membaca Do’a Safar

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Adalah Rasulallah Shalallahu „alaihi wa sallam apabila telah naik kendaraan untuk melakukan perjalanan, beliau mengucapkan takbir (Allahu Akbar) sebanyak tiga kali (3 X) kemudian membaca do’a:
ٌ َعَّ ًِْم َٜٛ َٚ ِِ َٓ اَّش َٚاٌرَّ ٌِْثَْزا اِشَٔا ََ٘ه فِٝ َصفٌََُا َٔ ْضؤََُِّّٔ إَُّٕٙمٍَِثُٛ َْ اٌٌٍَُّْٝ َستَِّٕا ٌَِا إَِِّٔشِٔ١َٚ َٓ إُِْا ٌََُٗٚ َِا ُوََّٕزاِزٜ َص َّخ َش ٌََٕا ََّ٘» ُصْث َؽا َْ اٌَهِتُعٛرَُِِّٔٝ أَُّ إَُّْٙ٘ ًِ اٌٍفِٝ اْلََخٍِ١فَحُِْ َٚاٌَد اٌ َّصا ِؼ ُة فِٝ اٌ َّضفَشََُّْٔ أَُّٙا تُ ْعَذُٖ اٌٍَعَِّْٕغَٛٚاَزاَشَٔا َْ٘١َٕفََُّ َ٘ ِّٛ ْْ َعٍَََُِّٙا ذَ ْش َظٝ اًٌٍِ ِْ٘ي َٚاْلََّاِْة فِٝ إٌُّْمٍََِْ َٚ ُصٛ ِ إٌَّْظَشِْ َٚ َوآتَ ِح اٌِِ « أخشظٗ اٌثخاسٞ ٚ ِضٍُ ْٓ َٚ ْعصَا ِ اٌ َّضفَش
“Maha suci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya, sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami pasti akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada -Mu kebajikan, ketakwaan dan amal yang Engkau ridhoi dalam perjalanan kami ini.

Ya Allah, mudahkanlah bagi kami perjalanan ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah pendampingku dalam perjalanan, dan pengganti ditengah keluarga yang aku tinggalkan. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada -Mu dari kesulitan diperjalanan, tempat kembali yang menyedihkan dan pemandangan yang tidak mengenakan pada harta dan keluarga”.

Dan pada saat kembali dari safar, beliau membaca do’a tadiserta menambahkannya dengan do’a
berikut ini:

ُِثُٛ َْ ذَائِثُٛ َْ َعاتِ» آ٠
“Kami kembali, kami bertaubat, kami selalu beribadah dan memuji Allah Rabb kami”. HR. Muslim no: 1342

10. Membaca Dzikir ‘Allahu Akbar’ Ketika Mendaki (nanjak) dan ‘Subhanallah’ Ketika Turun

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu mengatakan:
ٌَٕا َصثَّ ْؽَٕا « أخشظٗ اٌثخاسَٞرا َٔ َزَِْٚإَرا َصِعْذَٔا َوثَّ ْشَٔاِا إ» ُوَّٕ
“Kami biasa jika melewati jalan mendaki (dalam perjalanan) mengucapkan ‘Allahu akbar’, dan jika melewati jalan menurun kami mengucapkan ‘Subhanallah”. HR Bukhari no: 2994.

11. Perempuan Harus Ditemani Mahram

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Ibnu Abbas radhiallahu „anhuma menceritakan bahwa dirinya mendengar Rasulallah Shalallah ‘alaihi wa sallam bersabda:
َٚ َوَزاَٚا ْورُرِ ْث ُد فِٟ َغ ْز َِٚج َوَزاذِٟ َخ َش َظ ْد َؼا َّظحًَََ َس ُظ ًٌ فَمَا َي ٠َا َس ُصٛ َي َّهللاِ ا ِْ َشأََّل َِ َع ِرٞ َِ ْؽ َشٍَ فَمَاٍِج إَا ِْ َشأَِٛ َّْ َس ُظ ًٌ تُْخٍ» ََل ٠َذِ َهَلَا َي ا ْس « أخشظٗ اٌثخاسٞ ٚ ِضٍُ ِظ ْع فَ ُؽ َّط َِ َع ا ِْ َشأ
“Sekali-kali tidak boleh bagi seseorang berduaan bersama seorang wanita melainkan harus ditemani oleh mahramnya. Dan haram bagi seorang wanita untuk berpergian kecuali bila ditemani oleh mahramnya”. Maka ada seorang sahabat yang berkata: “Ya Rasulallah, sesungguhnya istriku akan safar untuk ibadah haji, sedangkan aku akan pergi dalam peperangan ini dan itu? Beliau berkata: “Pulanglah dan temani istrimu berhaji”. HR Bukhari no: 1862. Muslim no: 1341.

12. Rukhshah (Keringanan) Bagi Musafir (Orang Yang Dalam Perjalanan)

Shalat Di Atas Kendaraan

Termasuk kemudahan yang ada dalam sunah adalah bolehnya bagi musafir untuk mengerjakan shalat sunah diatas kendaraan. berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:
َشائِ َطٌفَََّْل اًِِ إ١َّْا ً َصََّلجَ اٌٍ٠ِِ ِٗ ٠ُ ِِ ُٛئ إْد تَٛ َّظَِٙش َعٍَٝ َسا ِؼٍَرِ ِٗ َؼْ١ُ س ذَِّٟ فِٟ اٌ َّضفََُ ٠َ ُصٍَّْ١َ َٚ ِٗ صٍَّٝ َّهللاُ َعٍَِ ُّٟ َصٍ» َوا َْ إٌَّثَٚ « أخشظٗ اٌثخاسٞ ٚ ِضٍُ ٠ُٛذِ ُش َعٍَٝ َسا ِؼٍَرِ ِٗ
“Adalah Rasulallah Shalallahu „alaihi wa sallam biasa shalat di atas kendaraannya ketika safar, dengan menghadap ke arah manapun, beliau melakukan dengan isyarat tubuh. (pada waktu) itu beliau mengerjakan shalat malam tapi bukan shalat wajib, kemudian beliau mengakhiri shalatnya dengan shalat witir”. HR Bukhari no: 1000. Muslim no: 700.

Menqashar Shalat

Karena qashar merupakan rukhshah yang disyari‟atkan bagi orang yang sedang dalam perjalanan. Yaitu melaksanakan shalat yang berjumlah empat rakaat menjadi dua rakaat, dhuhur, ashar dan isya.
Allah Ta‟ala berfirman:
ُص ُشٚا ِِ َٓ اٌ َّصََّلِجْْ ذَمَْْ١ُ ىُْ ُظَٕا ٌغ أْ١َ ش َعٍَِض فٍََْسْْلَُْ فِٟ اَرا َظ َشْترَُِٚإ
«Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar shalat… » QS. An Nisaa : 101

Menjama’ Shalat

Yaitu mengerjakan dua shalat dalam satu waktu, antara shalat dhuhur dengan ashar dan magrib dengan isya, baik jama‟ taqdim maupun takhir.
َّا ، لَا َيٍس َس ِظ َٟ َّهللاُ َعُِْٕٙٓ َعثَّاَع : ” ٝ ِٓ اْتَرا َوا َْ َعٍَِ، إَِع ْصشِْ َٚاٌُّظ ْٙش٠ْ َع َّ ُع تَ ْ١َ َٓ صَّلِج اٌَُّْ١َ َٚ ِٗ صٍَّٝ َّهللاُ َعٍََوا َْ َس ُصٛ ُي َّهللاِ َصٍِع َ ا ِِْب َٚاٌَِّْغشٍْش ، َٚ٠ْ َع َّ ُع تَ ْ١ َٓ اٌَصْ١
َِ ” ْٙش
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu „anhuma beliau berkata: adalah Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam menjama‟ antara shalat dhuhur dan ashar bila beliau dalam perjalanan, sebagaimana beliau juga menjama‟ antara shalat magrib dan isya. HR. Bukhari dalam at Tarikh al Kabir 710/5046, Ahmad no. 2639.

Dibolehkan Untuk Tidak Berpuasa Pada Bulan Ramadhan, Namun Diganti (Qadha) Di Hari Lain

Allah Ta‟ala berfirman:
َخ َشٍَُ أ٠َّاَِِ ْٓ أِعَّذجٌٍش فَْٚ َعٍَٝ َصفََ٠ً عا أَِشَّ ْٓ َوا َْ ِِْٕ ُىُْفَ
« Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa

Mengusap Sepatu, Kaos Kaki Dan Penutup Kepala Saat Berwudlu Selama Tiga Hari Tiga Malam

ا ْعثَح َس ِظ َٟ ّهللا َعْٕٗ لَا َيِز َ ُخفَّْٔ٘ َْٛ٠ُ د ِْلَْ، فؤََُ فرَٛ َّظؤَّْ١َ َٚ ِٗ صٍَّٝ هللاُ َعٍَِ ِّٟ َصٍٕ ُد َِ َع إٌَّثعٓ اٌ ُِّغ١شج تٓ ُش : ُوْا ِ٘شذَ١ْٓرُُّٙا غَْْد َخٍََِّٙ فئٔ ِّٟ “. ا أ١ْفَ .ِرفك عٍ١َ َّ ٗض َػ َعٍَ
Diriwayatkan dari Al Mughirah bin Syu‟bah radhiallahu „anhu, beliau berkata: Aku pernah (safar) bersama Rasulullah shallahu „alaihi wa sallam lalu beliau berwudhu, kemudian aku menunduk untuk melepaskan kedua sepatu kulitnya, lalu beliau bersabda: “Biarkanlah, karena aku memakainya dalam keadaan suci”. Lalu beliaupun mengusap keduanya (pada saat berwudhu). HR. Bukhari no. 5379, Muslim no. 413 dan Ahmad no. 17731

13. Memperbanyak Do’a Pada Saat Safar

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi muhammad Shalallahu „alaihi
wa sallam bersabda:
َٛاٌِ ِذ « أخشظٗ أتٛ داٚدٌْاَُِٛ َٚ َد ْع َٛجَُّ ْظٌٍْاِش ٚ َد ْع َٛجٌُ ُّ َضافِْاِٙ َّٓ َد ْع َٛجَُعاتَا ٌخ ََل َش َّه فِ١» شَ ََّل ُز َد َع َٛا ٍخ ُِ ْضرَ
“Tiga do’a yang tidak diragukan lagi terkabulnya, yaitu do’anya seorang musafir, do’a seorang yang terdhalimi, dan do’a jelek orang tua kepada anaknya”. HR Abu Dawud no: 1536.

14. Larangan Tamasya Ke Negeri Non Muslim

Nabi Muhammad Shalallahu „alaihi wa sallam sangat keras memperingatkan umatnya untuk tidak safar ke negeri kafir. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, Rasulallah Shalallahu „alaihi wa sallam bersabda:
َ ٜ َٔا َساُّ٘ا « أخشظٗ اٌرشِزَٞشاُٛا ٠َا َس ُصٛ َي هللاِ ٌِ َُ ؟ لَا َي : ََلذٌَ ُّ ْ ِش ِوْ١ . َٓ لَاٌِْش اُٙ ْ َِشٌٞ ِِ ْٓ ُ ًِّ ُِ ْضٍٍُِ ٠ُمِ ْ١ ُُتَ ْ١ َٓ أَٔا تََ» أ

“Aku berlepas diri dari setiap muslim yang (rela) tinggal ditengah-tengah orang kafir”. Para sahabat bertanya: Mengapa wahai Rasul? Beliau menjawab: “Tidakkah kalian memikirkan tentang siksa (yang) akan menimpa mereka”. HR at-Tirmidzi no: 1604. Dinilai shahih oleh alAlbani dalam Shahih sunan at-Tirmidzi 2/119 no: 1307.
Pengecualian:
Para ulama mengecualikan larangan di atas dalam kondisi darurat, diantaranya; para mujahidin yang sedang jihad di jalan Allah Ta‟ala, atau safar yang bertujuan dakwah kepadaNya, atau berobat yang sudah tidak mampu lagi diatasi oleh rumah sakit di negerinya. Atau safar untuk belajar dimana tidak mungkin mendapatkannya di negeri kaum muslimin, atau untuk berdagang.
Dan semua itu disyaratkan hendaknya orang yang safar ke negeri kafir mampu menampakkan agamanya, paham terhadap perkara yang diwajibkan oleh Allah Ta‟ala kepadanya, dan melikiki iman yang kuat kepada –Nya serta mampu menegakkan syiar Islam dibarengi dengan jaminan bahwa dia dapat menjaga dirinya dari fitnah.

15. Do’a Ketika Singgah Di Suatu Tempat

Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan umatnya apabila singgah di sebuah tempat untuk membaca do’a:
َك« أخشظٗ ِضٍُا َِّا ِخ ِِ ْٓ َش ِّش َِا َخٍََىٍِ َّا ِخ َّهللاِ اٌرَِّر تُعٛ َُ» أ
“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan setiap makhluk”.

Barangsiapa yang mengucapkan do’a tadi maka tidak ada satu pun yang akan membahayakannya sampai dirinya pergi meninggalkan tempat tersebut”. HR Muslim no: 2708

16. Segera Pulang Bila Urusan Telah Usai Dan Memberitahu Keluarga Saat Hendak Pulang Serta Dianjurkan Tidak Pulang Di Malam Hari

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulallah Shalallahu „alaihi wa sallam
bersabda:
ٍِْ٘ ِٗ « أخشظٗ اٌثخاسٞ ٚ ِضٌٍََُٝ أٍِ١َ ُع ِّع ًْ إَْعٝ َٔ َّْٙرَُٗ فََرا لَََِٚٔ ْٛ َُِٗ فَئَٚ َش َشاتََُُِٗٗعاَؼَذ ُوُْ غٌََ َعَزا ِب ٠ُ َّْٕ َع أ
ِِْ ْٓ اْط َعحٌ» اٌ َّضفَ ُش لِ
“Safar adalah sebagian dari adzab, (karena safar) mencegah seseorang dari makan, minum dan tidurnya. Maka bila telah selesai urusannya, segeralah pulang “. HR Bukhari no: 1804. Muslim no: 1927.

Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulallah Shalallahu „alaihi wa sallam
bersabda:
ْأخشظٗ اٌثخاسٌَٞ ٍَُْْٗ٘ط ُش ْق أٌ َغْ١ثَحَ فَ ََّل َؼُذ ُوُْ اَا َي أَغََرا أِ» إ
“Apabila kalian telah lama bepergian (lalu kembali) maka jangan mendatangi keluarganya di waktu malam “. HR Bukhari no: 5244.

Dalam riwayat yang lain. Beliau mengatakan:
اُشٚلًٍَُْ٘ٗ غَُ» ذِ َٟ اٌ َّش ُظ ًُ أْْْ ٠َؤَْى َشُٖ أَ٠ ََُّْ١َ َٚ ِٗ صٍَّٝ َّهللاُ َعٍَِ ُّٟ َصٍَوا َْ إٌَّث « أخشظٗ اٌثخاسٞ
“Nabi Muhammad Shalallahu „alaihi wa sallam melarang seseorang untuk pulang dari perjalanan (menemui keluarganya) pada malam hari”. HR Bukhari no: 5243.

17. Membaca Do’a Pada Saat Tiba Serta Shalat Sunnah Dua Rakaat

Disunnahkan pula bagi orang yang baru tiba dari safar untuk shalat dua rakaat, sebagaimana hadits berikut ini:

َشَُّ َظٍَُِٓ، شَّٝ فِ١َ ِٗ س ْوَعرَ ْ١َصٍَّ ْض ِعِذ، فََِ، تَ َذأ تِذََرا لَِ، فِٟ اٌ ُّع َؽٝ، فَئًَِل ََٔٙاٍش إ
َذَُ ِِ ْٓ َصفَِٓ َِاٌِ ٍه َس ِظ َٟ هللاُ َعُْٕٗ أ َّْ َس ُصٛ َي َوا َْ َل ٠َمَْع ْٓ َوْع ِة ْتفِ١ .ِٗ أخشظٗ ِضٍُ

Diriwayatkan dari Ka‟ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallahu „alaihi wa sallam tidak pernah datang dari safar kecuali pada pagi hari, dan pada saat beliau tiba beliau langsung menuju masjid dan melaksanakan shalat dua rakaat, lalu beliau duduk di sana. HR. Muslim no. 1177

Travelista.id

- Advertisement - https://dashboard.mgid.com/index/get-widget-code/hash/02UHeW7K1ZiBGzj6fA4DyX%2BN451IH7tqFVDLc608TEw%3D
Previous articlePengalaman Aneh dan Mistis di Gunung Sumbing – Cerita Bagian 2
Next articleFakta atau Mitos? Sosok Buaya Putih Sungai Cisadane