Travelista – Jika bapak-bapak ronda suka bermain catur, anak-anak ABG suka main handphone sambil nongkrong di tempat kopi kekinian yang sedang tren.

Setiap orang pasti memiliki perbedaan dengan orang lainnya. Perbedaan tersebut bisa dimulai dari budaya, bahasa, dan perilaku.

Penyebab terjadinya perbedaan ini antara lain perbedaan jarak umur atau generasi, kebiasaan, dan faktor geografis.

Namun, pada saat ini, salah satu perbedaan yang dapat dirasakan adalah perbedaan jarak umur atau generasi. Jika diperhatikan, orang – orang generasi Baby Boomers dan Gen X telah melewati berbagai peristiwa dalam hidupnya seperti masa perang dunia, minimnya teknologi dan hal lain. Hal tersebut dapat membuat budaya dan kebiasaan generasi tersebut menjadi ciri khas nya sendiri.

Sedangkan Gen Millenial dan Gen Z memiliki budaya, bahasa dan perilaku yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Salah satu pendorong perbedaan budaya dan perilaku Gen Millennial dan Gen Z adalah kemajuan teknologi yang sangat pesat serta arus globalisasi yang sangat cepat.

Contoh budaya, bahasa, dan kebiasaan Gen Millenial dan Gen Z yang sedang popular saat ini adalah penggunaan bahasa singkatan dan juga slang. Contohnya antara lain ; Tengkyu, BTW, OTW, Mager, Sotoy, Coeg / Cuk. Kata – kata tersebut sering ditemui di media sosial saat ini, dan sebagian besar bahasa singkatan dan slang tersebut hanya dipahami oleh orang – orang Gen Millenial dan Gen Z.

Slang sendiri adalah kata-kata dan ungkapan yang sangat informal yang umum digunakan dalam bahasa lisan dan tidak sesuai untuk situasi formal. Di Indonesia sendiri terutama pulau Jawa, slang atau singkatan “Coeg” atau “Cuk” ini sering ditemui dan dipahami oleh generasi muda.

Slang atau Singkatan “Coeg” atau “Cuk” ini sendiri berasal dari bahasa Jawa Timur yaitu “Jancuk” yang merupakan kata umpatan bagi orang Jawa Timur. Walau umpatan, tapi mengapa banyak generasi muda yang menggunakan kata tersebut?
Menurut beberapa orang dan orang Jawa Timur terutama yang berusia dibawah 30 tahun, kata “Coeg” atau “Cuk” ini merupakan panggilan akrab. Kata tersebut digunakan oleh satu orang kepada orang lain dengan usia sebaya serta sudah dekat atau akrab.

Namun apabila kita sebagai generasi muda melontarkan kata “Coeg” atau “Cuk” kepada orang yang tidak akrab ataupun orang yang berusia jauh lebih tinggi daripada kita, maka kata tersebut bisa bermakna lain di persepsi orang tersebut.

Apabila kepada orang yang tidak akrab, kata “Coeg” atau “Cuk” ini bisa bermakna sebuah makian atau umpatan kepada orang tersebut.

Apabila kepada orang yang lebih tua, kata tersebut tidak etis digunakan karena kata tersebut berasal dari bahasa Jawa yang tergolong kasar.

Perbedaan makna dari kata tersebut dibuktikan dengan adanya Speech Codes Theory yang membahas seputar pemahaman dan penyamaan makna suatu pesan antara dua orang atau lebih yang memiliki latar belakang budaya, perilaku, bahasa, dan kebiasaan yang berbeda.

Jadi apabila teman – teman millennial menggunakan slang “Coeg” atau “Cuk” selalu perhatikan lawan bicaranya yah, jangan sampai menyamaratakan semua orang sebagai teman dekat dengan usia yang sebaya yaa!

Penulis : Kurniawan Widya Dhana

- Advertisement -
Previous articleOrang Dengan Gangguan mental Beresiko Lebih Tinggi Terkena Virus Corona, Ini Penyebabnya
Next articleMedia Sosial sebagai Tempat Pengungkapan Diri