Travelista – Media sosial saat ini hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia modern, aktivitas seperti membuat status, mengupload foto dan video, menyebarkan musik favorit, hingga bertukar komentar antar pengguna rutin dilakukan setiap hari. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya terkenal karena memiliki keunikan dan disukai masyarakat.

Salah satu media sosial yang digandrungi masyarakat terutama anak muda di seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia adalah twitter, twitter merupakan sebuah platform media sosial bersifat mikroblog secara online yang memungkinkan penggunanya mengirim dan membaca pesan berbasis teks hingga 280 karakter, yang dikenal dengan sebutan kicauan (tweet).

Karena jenisnya yang merupakan mikroblog banyak dari para penggunanya yang menjadikan tweet di twitter sebagai sarana mengungkapkan ekspresinya berupa tulisan yang berutas atau biasa disebut “thread”. Dalam tulisan ini seseorang mengungkapkan pendapatnya mengenai apapun yang menurut mereka penting untuk dibagikan.

Bentuknya yang simpel dan mudah dimengerti, sehingga banyak pengguna twitter yang senang dengan kehadiran thread twitter ini. Bahkan beberapa thread menjadi viral yang kemudian menjadi pembicaraan di luar twitter bahkan hingga menimbulkan gerakan sosial. Salah satunya adalah kasus yang menyeret salah satu influencer Gofar Hilman pada bulan Juni lalu.

Sumber Foto : Gofar Hilman (Instagram/pergijauh)

Dalam thread yang dituliskan akun bernama @queenjojo tersebut, dia mengaku menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh Gofar pada bulan Agustus 2018 lalu. Tulisannya itu kemudian viral dan banyak masyarakat yang menanggapinya hingga banyak media massa yang mengangkat hal tersebut menjadi sebuah berita.

Hasilnya beragam reaksi dari masyarakat terjadi, mulai dari munculnya korban lain yang ramai-ramai melaporkan Gofar kepada LBH APIK Jakarta atas kasus pelecehan, kemudian media sosial Gofar pun diserang berbagai komentar negatif, bahkan Lawless yang salah satu pendirinya adalah Gofar pun mengeluarkannya dan mendukung korban. Hingga akhirnya Gofar angkat bicara bahwa ia meminta maaf dan merasa tidak pernah melakukan pelecehan tersebut.

Kejadian yang menimpa Gofar merupakan salah satu dari banyaknya thread atau utas twitter yang kemudian menjadi perbincangan hingga masuk ke media massa dan menggerakkan masyarakat. Jika dilihat dari sisi komunikasi, hal tersebut merupakan sebuah reversed agenda setting yang dimana sebuah opini dari individu mendapat sambutan dari masyarakat hingga membuatnya diangkat oleh media massa untuk diliput dan disebarkan.

Reversed Agenda Setting sendiri merupakan sebuah konsep yang dikemukakan oleh Kim dan Lee dalam sebuah jurnal berjudul New Functions of Internet Mediated Agenda Setting: Agenda-Rippling and Reversed Agenda-Setting pada tahun 2006. Inti dari konsep ini adalah opini seseorang yang ditulisnya di internet dan mendapat sambutan dari pengguna internet lainnya yang kemudian menjadi populer yang dibahas dari internet ke dunia nyata.

Dari kejadian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa siapapun kita di dunia nyata, kita dapat melakukan apapun di dunia maya. Banyak contoh kasus orang-orang yang terkenal hanya karena menulis status atau mengupload videonya di media sosial yang kemudian viral dan diangkat media massa sebagai bahan berita sehingga dirinya menjadi terkenal.

Bijaklah dalam menggunakan media sosial, jangan sampai opini kita atau apapun yang kita sampaikan disana menjadi hal yang negatif bagi kita sendiri dan orang lain.

Penulis: Dafin Rullyansyah Pradana

- Advertisement - https://dashboard.mgid.com/index/get-widget-code/hash/02UHeW7K1ZiBGzj6fA4DyX%2BN451IH7tqFVDLc608TEw%3D
Previous articleBangun Mindset Menulis Bagi Generasi Z di Era Digital
Next articleLine Today, “Track Alternatif” Menarik Minat Baca Masyarakat Indonesia