Travelista – Saat ini kita berada di sebuah era yang dimana media tidak dapat dilepas dari kehidupan kita,  era globalisasi telah menghilangkan batasan-batasan antar negara dalam hal bertukar informasi, dengan dukungan media yang kian makin maju, tentu mempermudah penyaluran segala informasi dan mampu membawa manusia kepada kualitas kehidupan yang lebih baik.

Saat ini banyak tersedia media-media baru yang berbasis pada digital atau internet, dan hal tersebut tentu berdampak kepada pola hidup kita saat melakukan kegiatan, namun sebelum berada pada titik ini, dunia memiliki cerita panjang mengenai perkembangan media yang berawal dari tradisional menjadi media baru tersebut.

Jika kita kembali ke masa lalu, media berawal dari model tradisional seperti kabar yang datang dari telinga tetangga ke tetangga lainya atau komunikasi jarak jauh yang menggunakan secarik surat, dan karena itu kita harus menunggu beberapa hari bahkan beberapa minggu hanya untuk mengetahui informasi atau kabar dari sang pengirim pesan.

Seiring perkembangan teknologi yang kian makin maju tentu saja akan diiringin dengan perkembangan media yang juga akan semakin maju, Perkembangan media baru secara global diawali dengan munculnya istilah “Media Baru/New Media” pada tahun 1960-an yang dikemukakan oleh McQuail dengan pendapat bahwa media baru adalah hasil dari seperangkat teknologi komunikasi yang semakin berkembang dan beragam.

Dalam konsep “media, realitas dan signifikansi”, media dapat melakukan beberapa hal terkait realitas didalam masyarakat luas, seperti menjadi jendela bagi kita semua untuk melihat kejadian yang sedang terjadi diluar sana, menjadi gambaran peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi dan berfungsi menyeleksi realitas apa saja yang akan menjadi pusat perhatian publik.

Namun disamping semakin cepat dam mudahnya penyebaran informasi secara serentak tersebut juga diiringi dengan efek negatif berupa penyebaran berita palsu atau hoax hingga penyalahgunaan media sebagai propaganda jika media digunakan oleh orang yang kurang bertanggung jawab.

Ditengah gentingnya pandemi Covid-19 di Indonesia tentu saja terdapat berbagai fenomena yang terjadi pada media massa terutama media baru, seoalah-olah terdapat 2 kubu yang menjaga ketenangan dan ingin merusak situasi dengan membuat postingan hoax, contohnya adalah kasus berikut.

Berita hoax mengenai vaksin yang mengandung magnet

Video yang sempat menggemparkan dan merusak sudut pandang masyarakat terhadap vaksin Covid-19 tersebut menceritakan seorang warganet di Facebook yang mengklaim bahwa ayah dan neneknya memiliki daya magnet setelah melakukan vaksinasi AstraZeneca dan Pzifer. Warganet tersebut membuktikannya dengan menempelkan uang logam seribu rupiah di lengan ayahnya.

Karena postingan tersebut khalayak disosial media sempat menjadi ragu saat ingin melakukan vaksinasi, namun setelah ditelusuri, postingan tersebut hanyalah hoax belaka dan dibantah oleh Dr. Thomas Hope sebagai peneliti vaksin, menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 pada dasarnya terdiri dari protein dan lipid, garam, air, dan bahan kimia yang menjaga PH.

Dalam hal ini, teori Uses and Gratification memiliki kaitan erat dengan karakteristik khalayak pengguna media sosial pada saat itu, cenderung lebih mengutamakan segala sesuatu yang praktis serta hanya memilih berita yang menurutnya menarik dan sedang hangat atau trending tanpa memastikan kebenarannya sebelum mencerna informasi yang sudah dia dapatkan.

Dari kejadian tersebut kita sebagai pengguna media sosial, harus lebih hati-hati lagi dalam memilih suatu informasi sebelum membagikannya ke pengguna media sosial lain agar tidak memviralkan atau mempopulerkan hal yang salah, dalam media baru pada dasarnya segala sesuatunya berada dibawah kendali kita.

Media sosial pada saat ini juga menyelipkan sistem algoritme yang bisa membimbing kita terhadap apa yang akan kita lihat selanjutnya di media sosial dengan bermodalkan data yang mereka dapatkan dari sistem media sosial tersebut. Algoritme media sosial dapat mengetahui seberapa lama dan seberapa sering kita melihat suatu konten yang terdapat didalam media sosial tersebut.

Contoh fenomena diatas menjadi bukti jika kita menyalahgunakan media untuk melihat maupun menyebarkan suatu informasi yang kurang benar dan terakredisasi kenyataan yang sebenarnya, secara tidak langsung kita sudah menyesatkan diri kita sendiri dan khalayak luas kedalam efek negatif dari media yang sangat mudah kita gapai ini, dan dari sini kita perlu mulai sadar akan pentingnya peningkatan kesadaran penggunaan media yang baik dan benar, karena segala sesuatu yang kita dapatkan dan lihat merupakan kendali diri kita sendiri.

Penulis: Felix Milerivan Marcel

- Advertisement -
Previous articleDampak Penyebaran Hoaks Covid-19 Terhadap Perilaku Masyarakat
Next articleJustice for Audrey: Sebuah Isu Hasil Manipulasi Media