Travelista – Fenomena perubahan iklim, bencana alam, konflik politik, dan krisis ekonomi yang semakin kompleks dapat mempengaruhi stabilitas negara-negara di seluruh dunia. Dalam beberapa dekade mendatang, beberapa negara mungkin menghadapi risiko yang sangat tinggi hingga berpotensi “menghilang” dalam konteks teritorial atau bahkan dalam hal keberadaan mereka sebagai negara yang utuh.

Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan sebuah negara hilang atau terancam hilang dari peta dunia, mulai dari kenaikan permukaan laut yang mengancam negara-negara kepulauan, konflik geopolitik yang memecah negara, hingga keruntuhan ekonomi yang ekstrem. Berikut adalah beberapa prediksi tentang negara-negara yang menghadapi risiko terbesar untuk “menghilang” dari bumi dalam konteks yang berbeda.

1. Maladewa (Kepulauan Samudra Hindia)

Faktor: Kenaikan Permukaan Laut

Maladewa adalah negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 1.200 pulau, dengan ketinggian rata-rata hanya 1,5 meter di atas permukaan laut. Negara ini sangat rentan terhadap perubahan iklim, terutama akibat kenaikan permukaan laut yang dipicu oleh pemanasan global. Dalam beberapa dekade mendatang, jika laju kenaikan permukaan laut terus berlanjut, banyak pulau-pulau di Maladewa bisa terendam air.

Prediksi:

Jika tindakan mitigasi perubahan iklim global tidak cukup cepat, Maladewa bisa mengalami kerugian signifikan terhadap wilayah daratannya.

Beberapa ilmuwan memperkirakan bahwa pada akhir abad ini, banyak pulau di Maladewa akan hilang atau tak dapat dihuni, membuat negara ini terancam kehilangan eksistensinya sebagai negara teritorial.

2. Kiribati (Kepulauan Pasifik)

Faktor: Kenaikan Permukaan Laut dan Perubahan Iklim

Kiribati adalah salah satu negara paling terancam oleh perubahan iklim. Negara yang terdiri dari 33 atol dan pulau-pulau kecil di Pasifik ini memiliki ketinggian yang sangat rendah, dengan rata-rata ketinggian hanya sekitar dua meter di atas permukaan laut. Dengan perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global dan mencairnya es di kutub, Kiribati menghadapi ancaman serius dari kenaikan permukaan laut.

Prediksi:

Pada 2050 hingga 2100, diperkirakan Kiribati bisa sepenuhnya tenggelam atau kehilangan sebagian besar wilayahnya. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Kiribati bahkan telah membeli tanah di negara lain seperti Fiji untuk mempersiapkan kemungkinan pengungsian massal warganya.

Dalam beberapa dekade mendatang, Kiribati bisa “menghilang” dalam arti fisik, meskipun mungkin tetap ada secara politik sebagai negara, dengan beberapa wilayah yang menghilang di bawah permukaan laut.

3. Tuvalu (Kepulauan Pasifik)

Faktor: Kenaikan Permukaan Laut dan Bencana Alam

Tuvalu adalah negara kepulauan kecil yang terdiri dari sembilan pulau di Pasifik Selatan. Negara ini juga sangat rentan terhadap kenaikan permukaan laut yang disebabkan oleh perubahan iklim. Dengan ketinggian rata-rata hanya 2 meter di atas permukaan laut, Tuvalu berada di garis depan ancaman perubahan iklim.

Prediksi:

Dalam beberapa dekade mendatang, Tuvalu bisa menghadapi kerugian signifikan akibat banjir rob dan badai tropis yang lebih kuat. Negara ini mungkin tidak akan dapat mempertahankan keberadaannya di peta dunia sebagai negara yang teritorial, meskipun ada kemungkinan mereka akan beradaptasi melalui pengungsian dan migrasi.

Meskipun upaya internasional untuk memitigasi perubahan iklim masih dilakukan, jika tren saat ini berlanjut, Tuvalu bisa menjadi negara pertama yang menghilang akibat kenaikan permukaan laut.

4. Yaman (Timur Tengah)

Faktor: Konflik Politik dan Ekonomi

Yaman, sebuah negara di Timur Tengah yang terletak di ujung selatan Semenanjung Arab, telah terjerumus dalam konflik bersenjata selama lebih dari satu dekade. Perang saudara, yang dimulai pada 2015, telah menghancurkan infrastruktur negara, menambah penderitaan ekonomi, sosial, dan politik, serta mengakibatkan krisis kemanusiaan yang parah.

Prediksi:

Jika konflik terus berlarut-larut tanpa resolusi politik, Yaman berisiko terpecah menjadi beberapa wilayah atau bahkan gagal bertahan sebagai negara utuh. Beberapa wilayah seperti wilayah utara yang dikuasai oleh Houthi dan wilayah selatan yang ingin memisahkan diri dapat memunculkan realitas bahwa Yaman sebagai negara yang bersatu akan hilang.

Potensi terpecahnya Yaman menjadi negara-negara kecil atau zona kontrol oleh berbagai kelompok bersenjata membuat negara ini berisiko “menghilang” dalam arti eksistensinya sebagai sebuah negara utuh.

5. Venezuela (Amerika Selatan)

Faktor: Krisis Ekonomi dan Sosial

Venezuela adalah negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam, terutama minyak, tetapi sejak 2010-an, negara ini telah dilanda krisis ekonomi yang sangat parah. Krisis ini menyebabkan hiperinflasi, pengangguran massal, kelaparan, dan eksodus besar-besaran warganya ke negara-negara tetangga. Pemerintahan yang tidak stabil dan ketegangan politik yang semakin meningkat memperburuk keadaan negara.

Prediksi:

Dalam beberapa tahun ke depan, jika krisis ekonomi dan politik terus berlanjut tanpa ada perbaikan signifikan, Venezuela bisa berisiko mengalami keruntuhan sebagai negara yang utuh. Negara ini berisiko terpecah atau bahkan bertransformasi menjadi zona yang tidak lagi dapat dikelola oleh pemerintah pusat.

Dalam hal ini, Venezuela bisa kehilangan identitasnya sebagai negara yang berdaulat dan terancam “menghilang” dalam bentuknya yang sekarang.

6. Syria (Timur Tengah)

Faktor: Perang Saudara dan Kehilangan Wilayah

Sejak 2011, Syria telah dilanda perang saudara yang brutal. Konflik ini telah menyebabkan kerusakan yang sangat besar pada infrastruktur negara, menyebabkan jutaan orang mengungsi, dan memecah wilayah negara menjadi zona pengaruh berbagai kelompok dan negara asing. Meskipun pemerintahan Bashar al-Assad telah mendapatkan kembali sebagian besar wilayah, banyak daerah yang masih berada di bawah kontrol kelompok-kelompok pemberontak atau kekuatan asing.

Prediksi:

Dengan negara yang terpecah dan konflik yang belum sepenuhnya selesai, ada kemungkinan besar Syria akan kehilangan integritas teritorialnya dalam beberapa dekade mendatang.

Jika kekuatan asing terus mengontrol wilayah-wilayah tertentu atau jika pemerintah pusat tidak dapat memulihkan sepenuhnya stabilitas negara, Syria bisa mengalami fragmentasi lebih lanjut dan berisiko “menghilang” dalam pengertian sebagai negara yang utuh.

7. Afghanistan (Asia Tengah)

Faktor: Konflik Politik, Ekonomi, dan Keamanan

Afghanistan telah lama menjadi negara yang terperangkap dalam konflik internal dan eksternal. Setelah penarikan pasukan AS pada 2021, Taliban kembali menguasai negara ini, dan meskipun ada beberapa upaya internasional untuk membantu pemulihan, negara ini menghadapi krisis kemanusiaan yang mendalam, inflasi, kelaparan, dan kekurangan infrastruktur. Situasi yang tidak stabil ini bisa memperburuk keadaan negara.

Prediksi:

Jika situasi politik dan ekonomi tidak membaik, Afghanistan berisiko menjadi negara gagal yang terpecah dan kehilangan eksistensinya sebagai negara utuh.

Di masa depan, jika tidak ada pemerintahan yang stabil dan kondisi kemanusiaan terus memburuk, Afghanistan bisa menghadapi realitas kehilangan statusnya sebagai negara berdaulat.

Meskipun tidak ada yang bisa memprediksi dengan pasti negara mana yang akan “menghilang” dari peta dunia dalam arti harfiah, beberapa negara memang menghadapi ancaman besar akibat perubahan iklim, konflik bersenjata, dan krisis sosial-ekonomi. Keberlanjutan sebuah negara sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman, baik dalam aspek lingkungan, politik, maupun ekonomi. Upaya internasional dalam mengurangi dampak perubahan iklim dan menyelesaikan konflik global akan sangat menentukan apakah negara-negara ini bisa bertahan atau akan menghilang dari peta dunia.

- Advertisement -
Previous articleDaftar Band dan Penyanyi Internasional yang Akan Manggung di Indonesia 2025