Travelista – Kamu harus tau bahwa seorang anak sangat cepat dalam menangkap setiap kejadian atau adegan yang mereka lihat di televisi dan menirukannnya dikehidupan sehari-hari.

Maka, televisi dapat memberikan pengaruh besar terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku penontonnya karena saat ini televisi menjadi sebuah industri yang memiliki power kuat dalam mempengaruhi khalayaknya tanpa melihat usia dan gender.

Sinetron menjadi salah satu acara televisi yang sering ditonton oleh anak-anak. Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Bali I Made Sunarsa menjelaskan anak-anak lebih suka menonton sinetron karena sedikitnya siaran kartun ditelevisi.

Hal ini dikarenakan hampir semua stasiun televisi saat ini lebih mementingkan rating yang tinggi dimana sinetron yang sedang banyak ditonton oleh masyarakat.

American Academy Of Pediatrics (AAP) melakukan penelitian bahwa anak usia dibawah 12 tahun yang menonton televisi secara berlebihan dan tanpa pengawasan kemungkinan lebih tinggi akan berefek negatif terhadap perkembangan perilaku anak.

Menurut hasil penelitian, 90% orang tua melaporkan bahwa anak-anak mereka yang duduk dibangku SD suka menonton  televisi khususnya sinetron, 43% anak dibawah usia 12 tahun menonton sinetron setiap hari, dan 26% anak memiliki tv dikamarnya.

Maka dari itu, orang tua perlu mendidik anaknya dalam memilih tayangan televisi yang akan mereka konsumsi untuk mengurangi dampak negatif dalam menonton televisi pada anak-anak mereka.

Anak yang sering menonton sinetron biasanya mengikuti Bahasa dan cara berbicara dari adegan yang mereka tonton, meniru adegan yang mereka lihat, dan mudah terpengaruh oleh adegan sinetron yang mereka tonton.

Kebanyakan adegan yang buruk seperti kekerasan, cara berbicara yang kurang baik, dan Bahasa yang kasar atau tidak santun akan diikuti oleh anak karena mereka tidak bisa menyaring mana hal yang baik dan buruk.

Source: Qureta.com

Didalam teori kultivasi, terdapat pernyataan bahwa seseorang yang sering menonton televisi dan menjadi pecandu berat televisi akan membangun keyakinan yang berlebihan atas apa yang mereka lihat ditelevisi adalah yang mereka yakini terjadi juga dikehidupan sehari-hari.

Apalagi anak-anak belum bisa memilah mana yang baik dan buruk karena mereka akan menonton apa yang menurut mereka seru dan tidak jarang juga mereka menirukannya dikehidupan sehari-hari mereka.

Contohnya sinetron anak Langit, dimana dalam adegan sinetron itu terdapat konten negatif. Sinetron tersebut menceritakan tiga anak laki laki dari panti asuhan yang bergabung dalam geng motor yang membantu temannya untuk mendapatkan seorang gadis dan mereka bersaing dengan menggunakan kekerasan dan tindak kejahatan yang mudah ditiru oleh anak-anak.

Apabila dilihat oleh anak-anak yang berada dibawah pengawasan orang tua dan dibawah umur, mereka akan dengan cepat menyerap setiap adegan yang mereka lihat.

Jika dihubungkan dengan teori kultivasi, mereka akan sangat menyukai adegan tersebut dan akan membentuk sebuah persepsi bahwa apa yang mereka lihat itu benar adanya dikehidupan nyata sehingga anak-anak akan menirukan Ketika sedang bermain dengan teman-temannya.

Untuk menghindari hal tersebut, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk lebih selektif memilih program acara, diantaranya sebagai berikut :

  1. Pilih acara yang sesuai dengan umur si anak.
  2. Ketika menonton sinetron, damping anak agar dapat memperhatikan  mana adegan yang baik dan buruk.
  3. Jangan memberi televisi dikamar anak agar dapat mengontrol apa yang mereka lihat.
  4. Suguhkan mereka film kartun atau acara edukasi.
  5. Mengajak anak untuk beraktifitas seperti bermain diluar atau membaca buku.

Karena banyaknya program televisi yang ditayangkan, sangat penting jika orang tua lebih pintar dan bijak dalam mengajak anaknya menonton tv. Dengan demikian, televisi tidak akan berdampak negatif bagi anak-anak asalkan orang tua mengawasi setiap acara yang ditonton oleh anaknya.

Penulis: Rani Nadyanti

Previous articlePeran Media Sosial di Era Globalisasi terhadap Remaja
Next articleVirtual Concert Jadi Pilihan Para Musisi di Era Pandemi Covid-19