Travelista – Pantai-pantai Bali, kerap jadi tempat favorit untuk liburan akhir tahun. Jangan cuma foto-foto doang, nih coba belajar surfing!

Seorang Wisatawan, Jihan Hanifah membagikan ceritanya saat melakukan Road Trip Jakarta-Bali dengan menggunakan mobil hbyrid Toyota Corolla Cross. Berkeliling Bali, rasanya kurang afdol tanpa mampir ke Pantai Seminyak.

Sepinya Pantai Seminyak memang bikin perih, khususnya pada pelaku usaha yang hidup di sana. Salah satunya adalah kursus surfing dan penyewaan alat-alatnya.


Sepi banget, ga tentu yang datang. Kadang ada, kadang enggak ada. Ya, paling lokal,” ujar Made, karyawan persewaan surfing SBR.

Selama pandemi ini, dirinya tak ada pemasukan. Keadaan ini begitu terbalik saat sebelum pandemi.

“Pendapatan turun sampai 95 persen,” kata dia.

Kini hanya orang-orang lokal yang kadang datang untuk menyewa papan surfing. Sementara, bule yang biasanya membludak kini hanya 1-2 orang saja.

Untuk menarik perhatian wisatawan, dirinya memberikan promo kepada wisatawan yang hendak belajar surfing. Kalau dulu sewa papan surfing Rp 50 per jam, sekarang harganya sama tapi waktu peminjaman lebih lama menjadi 2,5 jam.

“Kadang diperpanjang lagi kalau sepi,” kata dia lirih.

Sementara untuk yang mau belajar surfing, ini jadi kesempatanmu. Kalau kamu mau belajar tapi malu karena banyak orang, kini Pantai Seminyak lagi sepi.

“Harga kursus masih sama Rp 150 ribu untuk 2 jam. Satu jam dengan pelatih, sisanya belajar sendiri. Kadang ya diperpanjang lagi kalau sepi,” jelas Made.

Desember ini, orang-orang yang bekerja dalam industri pariwisata di Bali sudah harap-harap cemas. Karena penghujung tahun selalu jadi kesempatan terakhir dan terbanyak dalam mengumpulkan cuan.

Akhir-akhir tahun mendekati Natal biasanya ramai dan lebih dominan lokal,” dia menambahkan.

Sementara itu, perbatasan internasional diharapkan untuk dibuka kembali. Karena turis memang jadi lumbung uang Bali.

“Harapannya bule banyak datang, karena kalau lokal musiman. Sedangkan turis beda-beda liburannya, jadi terus-terusan datang,” jelas Made.

Made menyebutkan bahwa pendapatannya rata-rata Rp 100 ribuan per hari. Di samping kursus dan penyewaan alat surfing, Made juga berjualan air kelapa. Ada saja memang bule yang datang untuk sekedar duduk santai sambil minum air kelapa.

Untuk protokol kesehatan sendiri, Pantai Seminyak terbilang tertib dibandingkan dengan Pantai Jimbaran. Wisawatan yang mau masuk ke are pantai diwajibkan untuk cuci tangan terlebih dahulu.

“Protokol kesehatan dijalankan di sini. Kalau enggak pakai masker ditegur sama petugasnya,” dia menjelaskan.

Selama pandemi ini, waktu paling ramai adalah pukul 4 sore ke atas. Kebanyakan hanya datang jalan-jalan atau olahraga. Jadi, dari pada cuma foto-foto mending coba kursus surfing di sini. (Jihan Hanifah)

Previous articlePerusahaan Asing Bantu Relawan Indonesia Keruk Sampah di Pulau Burung
Next articlePeneliti Temukan Reruntuhan Kuil Aphrodite di Turki, Diduga Berusia 2500 Tahun