Travelista – Pernahkah kalian mencurahkan isi hati di media sosial? Di era seperti ini, membagikan kisah melalui media sosial sudah tak asing lagi di kalangan milenial. Dilansir The Times of India, perasaan terluka atau kemarahan seseorang mendorong orang-orang untuk menuliskan cerita personal mereka di internet.

Dewasa ini, media sosial tidak lagi berperan hanya untuk membagikan dan menyebarluaskan berbagai informasi, tetapi media sosial juga dapat berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan diri (self-disclosure). Namun, tak bisa dipungkiri juga bahwa pengungkapan diri di media sosial mampu membahayakan pengguna.

Fenomena yang terjadi saat ini yaitu salah satu pengguna Tik Tok bernama Sania Leonardo (@panggilakubambang) membuat video yang dimana ia menceritakan sekaligus mengungkapkan diri bahwa dirinya memiliki gangguan kesehatan mental.

Di dalam video tersebut, ia bilang “gua adalah penyandang bipolar disorder tipe 2, gua sudah didiagnosa dari tahun 2017, gua masih menjalani perawatan dari psikiater, minum obat tiap hari dan rutin untuk check up tiap bulan.”

Sumber: tiktok.com/panggilkubambang

Pengungkapan diri pun bisa memunculkan hubungan keterbukaan, kita bisa lebih mengenal diri kita sendiri dan juga bagaimana menanggapi konflik hidup yang terjadi.

Hal yang telah dilakukan oleh Sania Leonardo patut diacungi jempol juga diberi dukungan lebih karena ia mampu mengungkapkan apa yang tengah dirinya rasakan. Pengikut Sania Leonardo pun akhirnya mulai berani berbicara mengenai yang mereka rasakan terutama tentang gangguan kesehatan mental di kolom komentar video tersebut.

Psikologis dan sikap manusia dapat terbangun karena merasa tidak sendirian dalam menghadapi hal yang sama, sehingga mereka berani mengungkapkannya sekarang.

Pada penelitian terdahulu dan ilmu psikologis juga banyak yang sudah membahas tentang ini.

Fenomena ini sesuai dengan salah satu teori media baru yaitu teori model penggunaan dan gratifikasi media.

Teori ini mempelajari asal mula kebutuhan pendengar dari segi psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media atau sumber lain yang kemudian membawa pendengar bersentuhan dengan media lain, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan serta akibat-akibat lain termasuk yang tidak diinginkan.

Kejadian yang dialami Sania Leonardo ini merupakan salah satu bukti bahwa media sosial bisa menjadi tempat yang baik untuk melakukan self-disclosure. Hal ini berkaitan dengan teori model penggunaan dan gratifikasi media seperti yang sudah disebutkan sebelumnya karena konten Sania tersebut dapat memicu audience untuk ikut melakukan self-disclosure.

Selain itu, masyarakat bisa lebih menyadari tentang gangguan kesehatan mental yang mungkin saja terjadi pada orang terdekatnya. Namun, ada etika yang harus diperhatikan dalam melakukan self-disclosure terutama di media sosial agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan hal-hal yang tidak diinginkan.

Penulis : Riskha Fitriana Utami

- Advertisement - https://dashboard.mgid.com/index/get-widget-code/hash/02UHeW7K1ZiBGzj6fA4DyX%2BN451IH7tqFVDLc608TEw%3D
Previous articleJancuk” Satu Kata Ber-makna Ganda
Next articleGofar Hilman Tersangdung Kasus Pelecehan Seksual, Begini Klarifikasinya