Travelista – Tanggal 22 Juni diperingati sebagai Hari Ulang Tahun DKI Jakarta. Sampai hari ini, Jakarta sudah genap berusia 493 tahun. Selama hampir 5 abad berdiri, Ibukota memiliki masalahnya sendiri, temasuk soal kemacetan.
Kata macet sangat identik dengan kota yang dulu akrab disapa Batavia ini. Bahkan menurut data yang dilansir dari Lembaga pemantau kemacetan dari Inggris, Tom Tom Index memasukan Jakarta dalam daftar 10 kota termacet di dunia.
Hasil survei yang dilakukan Tom Tom menyebutkan jika Jakarta berada di peringkat 10 dari 416 negara dengan tingkat kemacetan hingga 53 persen pada tahun 2019 silam.
Tingginya angka kemacetan di Jakarta sudah tak aneh lagi, sebab di kawasan DKI ini terdapat banyak sekali kendaraan, mulai dari pribadi hingga massal. Menyinggung soal kendaraan, di Jakarta sendiri banyak sekali kendaraan umum yang pernah eksis dari masa ke masa.
baca juga: Daftar Nomor Telepon yang Wajib Diketahui Saat Traveling
Bahkan di antara banyaknya moda transportasi umum di Jakarta, terdapat beberapa kendaraan umum zaman dahulu yang masih eksis hingga sekarang. Kendaraan apa sajakah itu? Yuk simak ulasannya berikut ini.
1. Becak
Siapa yang tidak tahu becak? Kendaraan beroda tiga yang dibekali tenaga manusia ini sudah menyebar di seluruh Indonesia, terutama Jakarta. Becak yang kita kenal berasal dari bahasa China, dimana bee berarti kuda dan tja berarti gerobak.
Becak masuk ke Indonesia pertama kali pada awal abad ke-20 yang pada awalnya digunakan oleh pedagang keturunan Tionghoa untuk mengangkut barang.
Dan pada tahun 1940, secara resmi becak digunakan sebagai transportasi umum di Jakarta. Meski pada zamannya becak merupakan kendaraan favorit masyarakat, namun seiring berjalannya wkatu becak dicap sebagai sumber kemacetan lalu lintas di ibukota.
Shingga pada tahun 1965-1985, menurut Peraturan Daerah DKI Jakarta tentang Pola Dasar dan Rencana Induk, Becak sudah tak diakui lagi sebagai angkutan umum. Perlahan pemakaian becak pun mulai dikurangi di pusat-pusat kota.
2. Bemo
Setelah becak dicoret dari daftar kendaraan umum di Ibukota, bemo mengambil alih transportasi utama di Jakarta. Bemo merupakan kendaraan bermotor yang dilengkapi tiga roda sehingga jarak tempuh menjadi lebih cepat karena tak lagi mengandalkan tenaga fisik manusia.
Meski bemo dianggap lebih praktis dan cepat, justru peminat dari kendaraan beroda tiga ini cenderung menurun karena ongkosnya yang mahal serta pemeliharaan dan target setorannya tinggi. Bemo juga dianggap tidak bisa menggantikan becak yang multifungsi.
Dari kegagalannya tersebut, perlahan namun pasti bemo mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Hingga kini, bemo dianggap sudah mati dan hanya tinggal kenangan saja.
3. Bajaj
Sama seperti bemo, bajaj merupakan kendaraan bermotor beroda tiga. Namun, nampaknya kehadiran bajaj lebih istimewa bila dibandingkan bemo. Bajaj generasi pertama yang beroperasi di Jakarta memiliki mesin 150 cc dan diproduksi langsung dari India.
Masuknya bajaj ke Indonesia, terutama Jakarta merupakan hasil dari Surat keputusan Gubernur DKI pada tahun 1975 dimana isi surat tersebut memasukan bajaj sebagai anggota angkutan umum jenis IV selain minicar, helicak, dan mebea.
Jenis IV merupakan angkutan lingkungan atau melayani wilayah permukiman. Keberadaannya melengkapi angkutan jenis I-III, yakni kereta api, bus kota, dan taksi. Kehadiran becak mulai berhasil menggantikan peran becak yang selama ini menemani mobilitas warga DKI Jakarta. Bahkan, eskistensi Bajaj masih bertahan hingga saat ini.
4. Oplet dan Mikrolet
Mungkin bagi penggemar serial film “Si Doel Anak Sekolahan” pasti akrab dengan kendaraan oplet. Oplet merupakan sebuah istilah bagi mobil penumpang berukuran kecil yang beroperasi sejak tahun 1950-an hingga 1979.
Pada akhir tahun 70-an tersebut, Gubernur DKI Jakarta, Tjokropranolo memutuskan untuk memensiunkan oplet karena kinerja oplet sebagai moda transportasi umum sudah usang. Tugas oplet pun digantikan dengan mikrolet pada tahun yang sama.
5. Transjakarta
Transjakarta atau yang lebih dikenal dengan busway ini merupakan sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Selatan yang mulai beroperasi pada tahun 2004 di Jakarta. Transjakarta dirancang sebagai moda transportasi massal pendukung aktivitas ibu kota yang sangat padat.
Pada tahun 2011, sistem ini mencapai kinerja puncak tahunan dengan bus membawa 114,7 juta penumpang dan kemudian pada tahun-tahun berikutnya jumlahnya menurun dan pada tahun 2014, bus membawa 111,6 juta penumpang, sementara pada tahun 2015 melayani 102,95 juta penumpang.
Pada 2016, rekor baru 123,73 juta penumpang tercapai. Biaya ongkosnya tetap Rp3.500 per penumpang sejak awal beroperasi.
6. MRT dan LRT
Terkini, Jakarta dilengkapi dengan moda transportasi baru yang diberi nama dengan Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Trail Transit (LRT). Kedua moda transportasi berbasis rel tersebut kini menjadi kebanggan baru warga DKI Jakarta.
Kehadiran MRT dan LRT diharapkan mampu mengatasi kemacetan ibukota yang kian hari kian meningkat. Dengan menggunakan MRT dan LRT, mobilitas warga DKI akan lebih cepat dan efisien.
Itulah beberapa jenis transportrasi Jakarta dari masa ke masa. Mulai dari tenaga manusia hingga mesin canggih berkecepatan tinggi, transportasi ibukota selalu unik dan menarik untuk dibahas.